Senin, 26 Januari 2009

MENGENAL ALIRAN KEPERCAYAAN THD TUHAN YME (4)

Saptodarmo

Kepercayaan Sapta Darma Indonesia berdiri secara resmi pada tanggal 12 Juli 1965 dengan Ketua Raboen Sutrisno. Nama Kepercayaan Sapta Darma mempunyai arti tersendiri. Kepercayaan berarti dipercaya/diyakini, dihayati dan diamalkan. Sapta berarti tujuh, Darma berarti kewajiban suci atau luhur atau wajib melaksanakan suatu perbuatan baik ucapan maupun tindakan yang bersifat amal dan keturunan. Kepercayaan Sapta Darma berarti mempunyai tujuh ayat wewarah suci dan luhur yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dihayati sebagai tuntunan hidup manusia dalam mencapai ketentraman, kebahagiaan, dan kesempurnaan di dunia sampai di akhirat.
Kepercayaan Sapta Darma Indonesia pertama kali diterima Hardjosepuro yang bernama asli Legiman alias Sapuro di kampung Pandean, Desa Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hardjosepuro adalah putra dari Rakiman dan Sulijah. Setelah dewasa ia ikut membela negara dengan menjadi anggota Staf Pertahanan Rakyat, yang dilanjutkan menjadi anggota Comando Onder Distrik Militer. Akan tetapi setelah perang selesai, ia kembali menjadi warga biasa dan mula bekerja sebagai pedagang. Ia meninggal pada tanggal 16 Desember 1964 dan dikremasi tanggal 18 Desember 1964 di Kembang Kuning Surabaya. Abunya dilarung ke laut Kenjeran, Surabaya tanggal 20 Desember 1964. Akan tetapi menurut cerita pengikutnya ketika dibawa ke Surabaya untuk dikremasi, kendaraannya mengalami mogok di daerah Trowulan beberapa saat, dan setelah petinya dibuka ternyata beliau sudah tidak ada, sehingga keyakinan anggotanya yang dikremasi adalah peti jenasahnya saja.
Ajaran Sapta Darma Indonesia yang diterima dalam bentuk wahyu berupa (1) wangsit ajaran sujud kepada Tuhan Yang Maha esa pada tanggal 27-28 Desember 1952 haru Jumat Wage malam sabtu Kliwon antara pukul 24.00 – 05.00, (2) wangsit ajaran Racut pada tanggal 13 Pebruari 1953 hari Jumat Pon pukul 11.00, (3) wangsit simbol ajaran berupa lambang pribadi manusia, wewarah tujuah, dan sesanti pada tanggal 12 Juli 1954 hari Senin Paing pukul 11.00, (4) wangsit gelar Sri Gutama dan Penuntun Agung Sapta Darma pada tanggal 27 Desember 1955 hari Selasa Kliwon pukul 24.00. Penerimaan wahyu pertama membuat ia dapat melihat hal-hal yang tidak kasat mata, dapat menyembuhkan orang sakit dan mulai memiliki kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kepercayaan Sapta Darma Indonesia mempunyai lambang (1) bentuk belah ketupat yang melambangkan asal usul manusia dari empat unsur, yaitu sudut alas melambangkan cahaya Allah, sudut bawah melambangkan sari-sari bumi, sudut kiri dan kanan melambangkan perantara (ayah dan ibu), (2) bingkai bewarna hijau tua yang merupakan lambang wadah atau bleger jasmani/badan, (3) warna hijau muda di bingkai melambangkan setiap kehidupan jasmani diliputi zat hidup atau cahaya Allah atau getaran hawa, (4) garus warna kuning berbentuk segitiga sama sisi dan sebangun yang melambangkan proses terjadinya manusia dari tiga nsur Tri Tunggal, yaitu rasa ayah, rasa ibu dan cahaya Allah. (5) lingkaran warna hitam/tanah, merah/api dan putih/air, (6) gambar semar di tengah lingkaran yang melambangkan dalam setiap pribadi manusia ada roh suci yang disebut Hyang Maha Suci, setiap anggota bersikap dan berjiwa satria,berbudi luhur, menjaga ketentraman,rendah hati, mengalah, tidak sombong, dapat mengendalikan diri, mawas diri, menaati ajaran Sapta Darma, dan jujur seperti Semar yang sebenarnya Dewa yang berujud manusia.
Organisasi ini berpusat di Jalan Darmo Permai Selatan XI/51 Surabaya. Anggota organisasi pusat berjumlah 300 orang dan cabang tersebar di Tuban, Bojonegoro,Nganjuk,Madiun, Caruban,Kediri, Blitar, Malang, Lamongan, Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Anggota organisasi ini tidak terbatas pada lapisan manapun. Pada saat ini diperkirakan jumlah anggota mencapai 4000 jiwa.

Sumarah

Tuntunan Sumarah diterima pertama kali Raden Ngabehi Soekinohartono yang biasa disebut Pak Kino, pada tanggal 8 September 1935. Nama Paguyuban Sumarah bermakna menyembah dan menyerah sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pak Kino lahir tanggal 27 Desember 1887, pukul 03.00 di desa Munggi, Gunung Kidul, DIY. Beliau wafat pada tanggal 25 Maret 1971, pukul 13.00 di Wirobrajan Ng. VII/158 dan dimakamkan di Kuncen, Yogyakarta. Semenjak masih muda, Pak Kino memang sudah sering melakukan tarak brata dan tapa brata bahkan beluai mendapat ilmu kedigdayaan jaya kawijayan dari orang tua, kakek dan eyang buyutnya. Namun dengan jaya kawijayan tersebut Pak Kino tidak merasa bahagia sehingga ia masih tetap suka bertafakur dan bersemedi ke hadirat Tuhan Yang Maha esa. Dengan bertafakur dan bersemedi akhirnya Pak Kino dapat menjadi warana dari sang guru, berserah dan bersujud sumarah kepada Tuhan. Dari sinilah kemudiantimbul istilah sumarah. Tuntunan Sumarah ditujukan bagi umat manusia agar umat manusia kembali beriman bulat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan Paguyuban Sumarah untuk menampung dan membina kebutuhan rohani para warganya dalam melaksanakan sesanggeman terutama dari segi pebinaan sujud sumarahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada awal dikenalnya tuntunan Sumarah, bertindak sebagai pendamping pak Kino adalah Bapak Soehardo dan H.Soetadi. Struktur Organisasi Penghayat Kepercayan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Sumarah menurut data terakhir, terdiri atas ketua Suko Sudarso, Sekretaris Patria Sumarahadi dan Bendahara Ny. Suko Sudarso. Pusat organisasi ini berada di Jalan Bintaro Permai 32 Jakarta Selatan 12321 dengan cabang yang berjumlah 45 organisasi tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur serta DKI Jakarta. Menurut catatan terakhir, jumlah anggota Sumarah ada 2733 orang berasal dari berbagai kalangan.
Kegiatan spiritual warga Sumarah dilaukan dalam bentuk latihan sujud dan sujud bersama. Tuntunan Sumarah tidak berdasarkan ajaran tertulis, tetapi semata-mata mengikuti penjabaran tuntunan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Sesanggeman berfungsi mengarahkan sikap mental para warga, terdiri atas 5 hal tata alam kesadaran dalam penghayatan sedangkan himpunan wewarah berfungsi sebagai pencatatan dan pengumpulan tuntunan yang pernah menyebar dalam perjalanan perkembangan Sumarah. Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Sumarah mengajarkan kepada warganya untuk berbakti dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui laku, hukum dan ilmu Sumarah.

1 komentar:

  1. pak...saya mau tanya,ini aliran saptodarmo atau aliran panunggalan sih???

    BalasHapus